A mobile-responsive minimalist wp theme converted for Blogger

This is an example of a Blogger page, you could edit this to put information about yourself or your site so readers know where you are coming from. Find out more

Jumat, 01 Februari 2013

Apakah Jiwa Itu?

Unknown | 07.18.00 | 1 comment
Aku tidak mengerti mau menulis apa. Hanya kegundahan tentang kehidupan. Apakah hidup sekedar mencari makan? Hewan pun mencari makan. Apakah hidup hanya untuk kepuasan seks? Hewan pun demikian. Apakah hanya tidur? Hewan pun tidur. Jiwa yang ada pada hewan sama yang ada pada manusia. Jiwa hanya menghidupi. Ia netral adanya. Bagaikan energi listrik. Tidak terlihat tetapi bisa menggerakkan benda. Bohlam tersebut dinyatakan menyala jika energi listrik ada. Itulah bukti bahwa ada aliran. Saat bohlam tidak dialiri energi listrik, tidak ada bukti bahwa bohlam tersebut baik atau tidak.

Listrik inilah jiwa pada manusia. Saat badan mati, listrik tetap eksis. Listrik tidak kemana mana. Ia akan mencari bohlam lagi. Hanya berganti model bohlam. Jiwa juga hanya akan mencari badan baru untuk eksis di dunia. Sayangnya jiwa sering terjebak dalam mind manusia. Ia tidak bisa bebas. Saat mind tidak terikat lagi dengan kecintaan duniawi, sang jiwa bebas merdeka. Itulah yang disebut moksha. Sang jiwa bebas merdeka. Mengapa demikian?

Tiada seorang pun bisa menjawab. Apakah jiwa lahir dan mati? Tidak juga. Ia tidak lahir ataupun mati. Mungkin Anda akan berargumen bahwa itulah Tuhan. Anda akan bersikeras, bukan hanya Tuhan yang tidak lahir ataupun mati. Semua masih asumsi dari keterbatasan pikiran manusia. Bukan dari pengalaman. Ketika ada seorang manusia sudah mengalami, Ia akan melihat kehidupan sebagai sesuatu yang indah. Semua berjalan sebagaimana adanya. Tidak mengherankan saat Sidharta Gautama melihat dan memaknai kehidupan demikian adanya. Tidak ada yang buruk dan baik. Yang ada hanya yang sadar dan yang tidak.

Mereka yang sadar akan hidup selaras dengan alam. Bersahabat dengan alam. Sebaliknya yang tidak sadar, Ia merasa bukan bagian dari alam. Mereka bisa berbuat semaunya. Alhasil, dunia pun rusak akibat ulahnya. Dia sang penguasa semesta senantiasa mengirimkan utusan Nya untuk mengingatkan. Demikian setiap zaman akan selalu datang utusan Nya.

Setiap utusan selalu berupaya mengingatkan jati diri manusia sesungguhnya. Ia lah pemilik semesta ini. Badannya bisa eksis jika mampu menjaga kelestarian lingkungan. Tanpa adanya,lingkungan yang mendukung, manusia tidak bisa hidup. Jiwa bisa berkembang jika badan merasakan ketentraman. Badan yang belum merasakan kenyamanan duniawi tidak berkembang juga. Saat badan sudah merasakan kenyamanan suatu ketika mengalami kejenuhan. Dan pikirannya akan mencari sesuatu yang berbeda. Bukan lagi makan, tidur serta kenikmatan seksualitas.

Jiwa berkembang menuju kesempurnaan. Jiwa menuju kematangan. Bagaikan proses jenjang sekolah. Taman kanak, Sekolah Dasar dst, sampai akhirnya jadi doktor. Untuk menuju kematangan jiwa, Ia mesti mengalami mati dan lahir berulang kali. Pengulangan terjadi berulang kali. Hanya dia sendiri yang tahu kapan berakhirnya. Kadang setelah memahami rahasia tersebut, manusia seperti ini tetap lahir lagi. Yang perlu dicatat adalah bahwa kelahiran terebut atas kesadaran nya sendiri. Penuh dengan perencanaan yang matang. Bukan secara tidak diinginkan. Lahir dengan penuh kesadaran untuk tujuan kebaikan manusia lainnya.

1 komentar