A mobile-responsive minimalist wp theme converted for Blogger

This is an example of a Blogger page, you could edit this to put information about yourself or your site so readers know where you are coming from. Find out more

Kamis, 31 Januari 2013

Makna Sebuah Kebahagiaan

Unknown | 08.09.00 | No comments
Banyak orang ingin bahagia, hidup enak tanpa kenal masa. Masa lalu, masa kini, dan masa depan kebahagiaaan selalu ada. Kebahagiaan, kata yang disuka oleh banyak orang. Kata tersebut menyatu dalam kehidupan umat manusia beserta jutaan kata yang lain. Kata kebahagiaan menjadi luar biasa ketika dirangkai dengan berbagai kata. Kebahagiaan dunia, kebahagiaan akhirat, kebahagiaan materi, kebahagiaan intelektual, dan kebahagiaan lainnya.

Meski demikian, definisi kebahagiaan itu sendiri sering kali dipersempit dengan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari. Orang bekerja ingin uang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Mereka ingin bahagia tercukupi kebutuhan dan membahagiakan keluarganya. Arti tersebut terpaku pada hal-hal itu saja.

Tidak hanya itu, banyak orang terkagum-kagum pada kebahagiaan prestasi namun lupa akan proses dari prestasi itu sendiri. Sedangkan proses dari prestasi lebih berharga dari prestasi itu sendiri. Dan proses dari prestasi, 85% merupakan hal yang gagal sedangkan 15% merupakan kesuksesan.

Banyak orang berkata jadilah orang pintar kaya dan memberi manfaat bagi semua. Semua deretan kata tersebut memang benar apa adanya. Mereka merasa telah menjadi orang biasa dan jalan hidup mereka tidak ingin diikuti. Namun yang menjadi pertanyaan bagaimana jika kita di posisi tersebut kemudian hari. Kita tidak menjadi orang kaya, tidak menjadi orang besar, tidak menjadi pejabat. Masih bisakah kita menjadi seperti mereka yang diagungkan secara kasat mata dan oleh penghargaan material hukum positif. Masih bisakah kita bahagia dengan menjadi seperti mereka.

Dari hal tersebut, kita perlu menilik kehidupan orang-orang yang tidak dikenal. Mereka memiliki jasa yang sama dengan orang kaya dan sukses. Orang-orang di sekitar kita yang tiap harinya melakukan hal biasa yang sebetulnya luar biasa. Mereka ada namun sayangnya kita acapkali menyepelekan orang biasa tanpa terbesit mengambil hikmah dari mereka. Kita telah mengenal banyak orang besar, pemimpin baik itu perusahaan maupun pemerintahan, namun kita lupa dengan pekerja yang tiap harinya melayani keperluan orang penting tersebut.

Pekerja yang tiap hari bersihkan ruang kerja pimpinan. Meski pimpinan telah berganti-ganti namun dia masih berbakti dengan membersihkan ruang tersebut. Kebahagiaan orang tersebut adalah melayani pimpinan agar dapat bekerja secara maksimal.

Dari cerita tersebut, dapat diambil hikmah mengenai orang yang pekerjaannya biasa saja namun menjadi bagian dari hal yang luar biasa. Kisah selanjutnya mungkin dapat memberi pelajaran bagi kita untuk tidak mudah mengeluh dan putus asa. Zaman dahulu ada keluarga muda yang ditinggal oleh ayahnya. Ibu muda itu ditinggali dua pohon sawo. Setiap harinya ibu tersebut mengambil sawo tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hingga akhirnya ketiga anaknya sampai lulus sarjana. Kebahagiaan seorang ibu tersebut tentunya setara dengan seorang wanita karir yang sukses di bidangnya meski ibu tersebut adalah ibu rumah tangga.

Renungan berikutnya mengenai pengusaha yang membuka lowongan kerja bagi banyak orang. Namun tidakkah dilihat dari sisi pekerja, mereka juga berjasa bagi kelangsungan hidup perusahaan. Satu pekerja memang kurang berarti dalam memberi pengaruh dalam perusahaan. Namun jika jutaan buruh di Indonesia menjadi satu mereka merupakan satu kekuatan tangguh jika sepakat untuk mogok maka ambruklah ekonomi negara ini. Kita selalu diajak untuk menjadi pengusaha, namun lupa satu teori. Pengusaha butuh tenaga kerja dan hal tersebut tentunya membuat orang lain jadi pekerja.

Hikmah selanjutnya dari kompetisi pemimpin di negeri ini. Heran ketika banyak orang menyalahkan pemimpin ketika terjadi kekacauan dan kesalahan. Namun di sisi lain, banyak orang pula ingin menjadi pemimpin seolah mereka bisa mengubah negara dengan moto baik pemimpin baik pula rakyatnya. Dilihat dari sisi lain, pemimpin merupakan manajer. Jika baik yang diatur maka baik pula hasilnya. Jika hampir semua pegawai rajin dan jujur maka baik pula hasilnya. Namun jika pemimpin baik namun pegawainya ngawur, maka hancurlah pemerintahan itu. Pemimpin akan jadi korban lawan politik dengan alasan tidak bisa mengatur anak buahnya apalagi jika anak buahnya korupsi maka kenalah pemimpin itu.

Penilaian kebahagiaan manusia memang unik seperti melihat kotak kaca bening. Dilihat dari satu sisi terasa benar. Namun jika dilihat dari satu sisi lain lagi terlihat benar juga. Menjadi orang besar baik itu kekayaan, intelektual, dan jabatan adalah sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Mereka memiliki tanggungjawab sosial yang lebih besar dari orang lain. Tanggung jawab tersebut yaitu kekayaan untuk didermakan, wewenang untuk merubah buruk menjadi baik, dan intelektual untuk kemaslahatan ummat. Demikian pula, orang biasa memiliki semangat hidup luar biasa dengan keterbatasan. Mereka dihadirkan di dunia ini untuk menjaga kalimat inspirasi “keterbatasan bukan halangan untuk berprestasi” tetap ada. Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan biasa yang dirasa dengan perasaan luar biasa.

Hidup adalah amanah. Apapun amanah yang diberikan hendaknya senantiasa dilakukan dengan ikhlas dan penuh tanggungjawab. Karena semua amanah bernilai sama, yang berbeda adalah bagaimana konsistensi menjalankannya.

Renungan ini ditulis berangkat dari sebuah pertanyaan. Ada dua mahasiswa memiliki kemampuan sama. Mahasiswa satu beruntung anak orang kaya, dia dapat mengasah kreativitasnya dengan mengikuti banyak hal. Kursus berbagai bahasa, kuliah di luar negeri, dan banyak mengikuti kegiatan ini-itu dengan mudahnya. Mahasiswa satunya kurang beruntung, tiap harinya dia harus bekerja jika ingin lulus jadi sarjana. Banyak waktu tidak dipakai untuk belajar meski sebenarnya dia membutuhkannya. Sekali dia dapat kesempatan luar biasa, kendalanya kembali ke masalah dana. Pun dia tidak bisa melanjutkannya. Akhirnya dia menjadi seperti mahasiswa lain pada umumnya. Apakah keduanya sama atau berbeda? Mungkin catatan inilah jawabannya.

Tidak ada komentar

Posting Komentar